(sebuah surat cinta)
Sabar ya Nak, Sabar...
Dulu bapak ibumu ini ya juga es-mosi jiwa
waktu jadi relawan, panitia seleksi sebuah program
kerja keras memperjuangkan idealisme yang ditanam di kepala kami
bahwa seleksi ini bersih dan bebas kolusi
eeeh trus ndadak ada aja senior yang 'kilik-kilik'
dari mulai sekedar tanya nasib anak, ponakan, tetangga
sampai yang betulan protes, keberatan karena si kerabat keluarganya itu ndak lulus
Terus kami ini bertekad, malah mungkin bersumpah di dalam hati,
ya Allah, kalau tiba giliran kami nanti
jadi tetangga, oom, tante, orangtua dari yang ngikut seleksi
ingatkan kami bagaimana rasanya jadi panitia.. jadi dewan juri
ingatkan kami untuk tetap 'sergep' dan mantap memeluk integritas, betaaapapun beratnya
Sabar ya Nak, Sabar...
Dulu bapak ibumu ini ya juga nelongso
waktu beberapa teman di jepang menuding kami 'malas' mencari produk halal
karena kami belanja ya sekedar di supermarket terdekat dan termurah saja
ehhh lha kok trus 'teman-teman' yang sama ini juga
yang ngajari kami, bagaimana caranya 'ngakalin' tiket kereta api, supaya bisa pergi jarak terjauh tapi bayar harga terdekat
yang ngajari kami, bagaimana caranya 'ngakalin' tunjangan bulanan dari pemerintah jepang, supaya biarpun sudah tidak di jepang, tunjangan tetap bisa diterima..
"lumayan lho buat nambah-nambah tabungan" gitu kata mereka
dan waktu kami tolak, dituding lagi-lah kami sebagai "tabungannya udah banyak sih yaaa.. jadi ngga ngefek kalo recehan kayak gini" alamakkk.. speechless kami, nak!
Teruslah kami ini bertekad, bersumpah lagi di dalam hati
ya Allah, ingatkan kami selalu bahwa halal haram itu bukan cuma makanan, tapi juga prilaku bahkan pikiran dan niat kami
ingatkan kami bahwa nasehat kami kepada orang lain haruslah berupa cermin ukuran super besar yang memantulkan tingkah polah kami sesungguhnya
Sabar ya Nak, sabar..
di saat kita bukan siapa-siapa
tak punya wewenang
tak ada kuasa
tak berpangkat dan berjabatan
yang paling gampang memang mangap selebar-lebarnya, berteriak
yang paling mudah memang menuding dengan segenap jari jemari
tapi sesungguhnya bapak dan ibumu ini ya ragu,
apakah kami memang sudah sempurna juga ya?
malu tho nak, mengeluhkan pekarangan orang yang kotor dan rusak
ternyata dalam rumah kita sendiri, kamar bahkan mungkin tempat tidur kita sendiri debunya tebal..
memang nak, baru debu.. belum jadi lumpur
tapi katanya, sedikit-sedikit lama kelamaan menjadi bukit lho..
takutnya bapak ibumu ini,
terlalu sibuk mengurusi pekarangan orang itu,
si debu di rumah kita menjelma jadi lumpur pun bisa-bisa kami tak sadar
Sabar ya Nak, Sabar...
sebab bapak ibumu ini ya nggak bisa memastikan
seperti apa nanti masa depanmu
barangkali kepintaranmu akan membawamu
pada pangkat yang tinggi, jabatan yang hebat
yang artinya juga.. amanah yang besar???
bapak ibumu ini ya deg-degan
apa bisa cukup kasih kamu sangu iman dan kekuatan hati
buat menghadapi godaan di jamanmu nanti
karena pasti ada godaan nak.. pasti banyak
bahkan mungkin jauh lebih 'nggilani daripada godaan di jaman bapak ibumu ini
lha wong sekarang saja kadang susah bagi kami
kalau sudah berbentur dengan kepentinganmu,
kebahagiaanmu.. urusanmu
rasanya kami ingin segala yang 'paling' bisa kami sediakan buatmu
ya mungkin dengan kecil-kecilan mengabaikan kaidah benar salah
yang penting kallian bahagia dan nyaman.. begitu kah?
[ ... Astaghfirullah.. Maafkan kami ya Allah
jangan-jangan sering kami berkolusi dan bernepotisme,
mengkorupsi amanah yang kami emban, demi alasan memberikan yang terbaik buat anak-anak??... ]
Sabar ya Nak.. Sabar
nanti kamu pun akan sampai pada giliranmu
buat membuktikan kamu bisa tidak korupsi
atas segala hal, dari yang terkecil dan tersembunyi,
apalagi yang jelas tampak mata
nanti ya nak,
kalau kamu ada kuasa, ada pangkat, ada amanah
baru nanti itu akan teruji
bagaimana bentuk jiwamu
bagaimana bangunan integritasmu
seberapa utuh nuranimu
bukan sekarang nak..
sekarang waktunya bapak ibumu ini
buat menanam rasa malu di dalam benak dan hatimu,
bila dirimu sampai mengambil hak orang lain
buat mengajari rasa bersalah dalam dirimu,
jika perbuatanmu merugikan orang lain
buat mendidikmu artinya aib,
bila mencemooh perbuatan orang lain, tapi diri sendiri sebetulnya melakukan hal yang sama
Sabar ya nak, Sabar...
sekarang biar bapak ibumu dulu bekerja keras
mengisi pundi-pundi kantong sangu-mu
dengan pelajaran kejujuran
dari yang sepele dan remeh
dari mulai matamu terbuka di pagi hari
sampai menutup beristirahat di malam nanti
Bersabar ya Nak,
anteng-anteng tunggu giliranmu..
dan bila saatnya tiba
ada atau tiada bapak ibumu ini di sampingmu
semoga kuatlah pertahanan hatimu, selalu...
---------------------------------------------
*GB,051109 ;
kutulis khusus untuk amanda dan aiko-ku tercinta
Be a good sport, Nak ; follow the rules, don't cheat and play fair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar